Senin, 19 Desember 2016

Pergonglian Tersembunyi

[Tugas Jurnalistik Online // Vinni Putra Dani // 071411531033]

Di ujung ceracau malam yang lingsir,
di detik lamban takdir yang terus bergulir,
di buah-buah kisut ladang matrimoni,
kucari-cari kabarmu Dolly, oh Dolly.

Meski beritamu kini sedang tak pasti,
yakinlah,
pelacur dan mucikari ‘kan hidup abadi.


       Penggalan lirik lagu band Silampukau yang berjudul "Sang Pelanggan" tersebut mengingatkan kita pada Dolly, tempat pergonglian (prostitusi) yang tahun 2014 silam telah resmi ditutup karena penuh kontroversi. Kini kabarnya sudah mulai banyak dan terlihat hasil usaha pemerintah dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam memberdayakan masyarakat sekitar Dolly yang telah bertahun-tahun menggantungkan diri dari hiruk pikuknya Dolly dalam mencari sesuap nasi. Namun, yang paling membuat penasaran tentu adalah bagaimana kabarnya para pemain utama ladang bisnis birahi ini? Apakah para pelacur dan mucikari sudah "mati"? Ataukah sampai kapanpun mereka akan hidup "abadi" meski tak ada lagi Dolly sebagai tempat sebagaimana mereka dulu mempertahankan detak nadi?
       Pertanyaan tersebut terjawab oleh AN (30 tahun), yang merupakan warga sekitar gang Dolly. Ia mengatakan bahwa memang sudah banyak para pelacur yang ia kenal sudah bertobat dan memilih mengikuti kegiatan-kegiatan pemberdayaan dari LSM dan pemerintah agar bisa mencari rezeki yang halal. Namun, tidak semua yang memilh jalan hidup tersebut. Masih ada yang memilih jalan hidup lama sebagai penjajakan diri. Alasannya tentu adalah masalah pemenuhan ekonomi yang begitu cepat dan besar.
       AN menjelaskan, salah satu temannya juga ada yang sampai sekarang tetap bertahan sebagai pelacur, namun sifatnya sangat tersembunyi dan sangat ketat dalam memilih calon pelanggannya. AN akhirnya memberikan kontak salah satu pelacur tersebut, sebut saja namanya Putri (bukan nama sebenarnya).
       Sampai sekarang, Putri dengan dikoordinir oleh mucikarinya yang tidak mau ia sebutkan identitasnya, masih aktif menjalankan bisnis pergonglian. Secara garis besar ia menjelaskan bahwa praktik prostitusi masih ada hingga sekarang dengan jaringan yang luas dan terkoordinir dengan rapi, namun sayang ia tidak mau menjelaskan lebih dalam tentang hal tersebut.
       Ia sekarang tinggal di daerah Surabaya Selatan. Ketika siang hari ia bekerja paruh waktu dari pagi sampai siang hari sebagai pelayan di sebuah restoran di dekat tempat ia tinggal. Dengan latar belakang pendidikannya yang hanya lulusan SMA, ia merasa tidak memiliki keahlian khusus sehingga hanya bisa bekerja sebagai pelayan restoran, namun ia mengaku, dengan gaya hidupnya yang mewah, tidak mungkin hanya mengandalkan penghasilan darisana, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pelayan lelaki hidung belang.
       Ia terjun di dunia gelap ini sejak ia lulus SMA, meski sebenarnya ketika SMA sempat ada teman yang menawarkan. Ketika itu aktivitas esek-esek Dolly masih aktif dan legal. Banyak sekali teman sepergaulannya yang juga mencari pemuas gaya hidup mewahnya dengan menjadi PSK (pekerja seks komersial) di Dolly. Namun sejak Dolly ditutup, sampai sekarang hanya sedikit temannya yang bertahan seperti dirinya. "Banyak yang sudah tobat mas", terangnya.
       Ketika siang sampai sore hari, Putri sering hanya bersantai-santai di rumah kontrakannya dimana ia tinggal sendiri, terkadang ia pergi jalan-jalan ke mall, restoran, atau sekedar duduk-duduk di taman-taman yang ada di Surabaya. Ketika malam matahari mulai lingsir, biasanya ia tetap bersantai-santai di rumah. Sambil menonton televisi ia terus mengawasi setiap pesan yang muncul dalam gawainya. Ketika ada pesan dengan kode tertentu, dengan segera ia akan berdandan begitu membangkitkan birahi. Mulai dari gincu merah menyala, pakaian ketat yang juga dengan warna yang menyala-nyala, sampai rambut yang diurai sedemikian rupa yang membuat pria yang memandangnya ingin setidaknya berbincangn dengannya barang sebentar.
       "Akhirnya ada pelanggan, jarang-jarang ada soalnya", kata Putri sambil terus berdandan. Ia berkata bahwa sangat sulit mencari pelanggan dibandingkan dahulu ketika masih ada Dolly. Sekarang ia mengandalkan jaringan supir taksi tertentu yang menawarkan jasa pemuas birahi kepada penumpang-penumpang yang sekilas terlihat tajir dan "butuh kasih sayang". Putri menjelaskan bahwa cara penawarannya juga tidak sembarangan, dengan basa-basi dan kode-kode tertentu sampai si supir yakin bahwa penumpangnya adalah pelanggan yang tepat, baru akhirnya terjadi proses penawaran. Jika sepakat, si supir akan menurunkan calon pelanggan ke suatu tempat, kemudian pergi, lalu kembali dengan wanita-wanita seksi.
       Setelah bertemu dengan Puti, penulis ingin membuktikan langsung bagaimana keterlibatan para supir taksi dalam proses penawaran bisnis birahi ini. Namun ternyata sulit membuka gerbang penawaran, entah karena sangat sedikit supir taksi yang ikut campur bisnis tersebut, atau karena begitu ketatnya seleksi calon pelanggan hingga penulis tidak lolos.
       Setidaknya, menurut YA (25 tahun), yang merupakan salah satu mahasiswa universitas swasta di Surabaya, apa yang dikatakan oleh Putri memang benar, meski memang sangat sedikit supir taksi yang terlibat. YA berkata tak harus menunggu tawaran dari supir taksi tersebut, jika ingin, bisa langsung jemput bola ke panti pijat dan wisma tertentu yang masih aktif menjalankan bisnis prostitusi. Namun, dengan alasan keamanan, penulis memutuskan untuk tidak melanjutkan proses investigasi.
       Darisini, dapat kita ketahui bahwa pasca tutupnya Dolly, ternyata tidak mudah dalam menghentikan praktik prostitusi. Seperti yang dikatakan oleh Putri, bahwa tawaran penghasilan yang sangat besar namun dengan usaha  yang sedikit yang membuatnya dan para pelacur lainnya bertahan. Mental yang demikian yang membuat prostitusi bisa jadi sampai kapanpun tidak akan pernah berhenti. Ditambah dengan sistem pendidikan yang tidak mencetak keahlian justru sekedar wawasan, membuat masyarakat bingung harus bagaimana dalam memenuhi urusan perut ditengah ketatnya persaingan pekerjaan era globalisasi. Sehingga membuat memenuhi urusan benda di bawah perut menjadi alternatif yang menggiurkan.

Rabu, 14 Desember 2016

Romantisme Disabilitas (Puisi Bolak-Balik)

#SiButa

Kembalilah dan renungkanlah, kumohon
Kita bersama suara
Dan, kata-kata padaku bukan?
Tapi, bukan cahaya padaku
Pun, kamu melengkapi diriku
Diriku melengkapi kamu
Semoga, itu waktu kembali ketika kita bersatu

#SiBisu

Bersatu kita ketika kembali waktu itu, semoga
Kamu melengkapi diriku
Diriku melengkapi kamu
Pun, padaku cahaya, bukan?
Tapi, bukan padaku kata-kata
Dan, suara bersama kita
Kumohon, renungkanlah dan kembalilah

By:VinniPD

Tugas Jurnalistik Online - Menerjemahkan Artikel Teknologi

Artikel 1 :

Bocoran Peringatan : Kecerdasan Buatan Dapat Meramal 
Bagaimana Suatu Adegan Akan Berkembang

Sumber : http://www.livescience.com/57160-artificial-intelligence-predicts-how-scenes-evolve.html

        Menurut sebuah studi terbaru, sebuah sistem kecerdasan buatan yang baru dapat mengambil gambar tak bergerak dan menghasilkan gambar bergerak dalam rentang waktu yang pendek, yang itu menggambarkan apa yang akan terjadi selanjutnya, mirip bagaimana manusia dalam bentuk suatu gambar dalam pikirannya mampu membayangkan suatu adegan akan berkembang.
     
        Manusia secara garizah memahami bagaimana dunia bekerja, yang membuatnya lebih mudah bagi orang-orang, sebagai lawan dari mesin, untuk membayangkan suatu adegan akan muncul. Tapi objek dalam gambar masih bisa bergerak dan berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda, sehingga sangat sulit bagi mesin untuk mencapai prestasi ini, kata para peneliti. Tapi baru, yang disebut sistem pembelajaran yang dalam (deep-learning) mampu mengelabui manusia 20 persen dari waktu jika dibandingkan dengan rekaman nyata.

        Para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengadu dua jaringan saraf terhadap satu sama lain, dengan yang satu dicoba untuk membedakan gambar bergerak nyata dari yang dihasilkan mesin, dan yang lainnya berusaha untuk membuat gambar bergerak yang cukup mampu diwujudkan untuk mengelabui sistem pertama. Jenis pengaturan ini yang dikenal sebagai “generative adversarial network" (GAN),atau jaringan kemajuan yang berlawanan, dan persaingan antara hasil sistem dalam gambar bergerak semakin mampu diwujudkan. Ketika para peneliti meminta pekerja pada perusahaan urun daya Mechanical Turk milik Amazon untuk memilih mana gambar bergerak yang nyata, para pengguna mengambil gambar bergerak yang dihasilkan mesin lebih yang asli 20 persen, kata para peneliti.


Tahap Awal


        Namun, tunas sutradara film mungkin tidak perlu terlalu khawatir tentang mesin yang belum mengambil alih pekerjaan mereka - gambar bergerak hanya 1 sampai 1,5 detik dan dibuat pada resolusi (jumlah detail yang ditunjukan pada suatu gambar) 64 x 64 piksel (bagian terkecil pada suatu gambar dengan teknologi digital). Tetapi para peneliti mengatakan bahwa pendekatan ini akhirnya bisa membantu robot dan mobil yang dapat berjalan sendiri mampu melacak lingkungan yang terus bergerak dan berinteraksi dengan manusia, atau membiarkan Facebook secara dengan sendirinya menandai gambar bergerak dengan menggambarkan apa yang terjadi.

        "Algoritma (prosedur yang tersusun rapi untuk memecahkan masalah perhitungan matematika dalam langka-langkah terbatas) kami dapat menghasilkan gambar bergerak yang cukup dapat diwujudkan dalam masa depan yang akan terlihat seperti apa, yang menunjukkan bahwa ia mengerti pada tingkat apa yang terjadi pada saat ini," kata Carl Vondrick, Ph.D. mahasiswa di MIT Ilmu Komputer dan Laboratorium (tempat untuk melakukan percobaan) Kecerdasan Buatan, yang memimpin penelitian. "Pekerjaan kami adalah perkembangan yang menggembirakan dalam menyatakan bahwa para ilmuwan komputer dapat mengilhami mesin dengan pemahaman situasional jauh lebih maju."

        Sistem ini juga dapat belajar tanpa pengawasan, kata para peneliti. Ini berarti bahwa dua juta gambar bergerak- setara dengan senilai sekitar satu tahun dari rekaman - bahwa sistem dilatih pada tidak harus diberi label oleh manusia, yang secara dramatis mengurangi waktu pengembangan dan membuatnya beradaptasi dengan data baru.

        Dalam sebuah studi yang dijadwalkan akan dipresentasikan pada muktamar Neural Information Processing Systems (NIPS) atau sistem saraf pemros infromasi , yang diadakan dari 5 sampai 10 Desember di Barcelona, Spanyol, para peneliti menjelaskan bagaimana mereka dilatih sistem menggunakan gambar bergerak dari pantai, stasiun kereta api , rumah sakit dan lapangan golf.
Dalam model baku awal, salah satu tantangan yang kita temukan adalah bahwa model akan meramalkan bahwa latar belakang akan melengkung dan merusak," kata Vondrick Live Science. Untuk mengatasi hal ini, mereka menjewer desain sehingga sistem belajar model terpisah untuk latar belakang yang tidak bersifat tetap dan bergerak kedepan sebelum menggabungkan mereka untuk menghasilkan gambar bergerak.


Pembuat Film tentang Kecerdasan Buatan


        Tim MIT bukan yang pertama untuk mencoba menggunakan kecerdasan buatan untuk menghasilkan gambar bergerak dari awal. Tapi, pendekatan sebelumnya cenderung untuk membangun gambar bergerak bingkai demi bingkai, kata para peneliti, yang memungkinkan kesalahan menumpuk pada setiap tahap. Sebaliknya, metode baru memproses seluruh adegan sekaligus - biasanya 32 bingkai dalam satu kali pemutaran.

        Ian Goodfellow, seorang ilmuwan penelitian di organisasi nirlaba OpenAI , yang menemukan GAN, mengatakan bahwa sistem melakukan pekerjaan awal di bidang ini tidak dapat menghasilkan baik gambar yang tajam dan bergerak dalam penekatan pendekatan ini. Namun, ia menambahkan bahwa pendekatan baru yang diresmikan oleh unit penelitian Google DeepMind AI bulan lalu, yang disebut Video Pixel Networks (VPN) atau jaringan bagian terkecil gambar bergerak digital, mampu menghasilkan baik gambar yang tajam dan bergerak. "Dibandingkan dengan miliki GAN, VPN lebih mudah untuk melatih, tetapi memakan waktu lebih lama untuk menghasilkan gambar bergerak," katanya kepada Live Science. "VPN harus menghasilkan gambar bergerak satu piksel pada suatu waktu, sedangkan GAN dapat menghasilkan banyak piksel secara bersamaan."
     
        Vondrick juga menunjukkan bahwa pendekatan mereka bekerja pada data yang lebih menantang seperti gambar bergerak tergores dari jaring, sedangkan VPN ditunjukkan pada dirancang khusus dalam pelatihan dari gambar bergerak yang menggambarkan angka memantul atau lengan robot.
Meskipun, hasilnya jauh dari sempurna. Seringkali, benda-benda di latar depan tampak lebih besar dari yang seharusnya, dan manusia dapat muncul dalam rekaman gumpalan seperti kabur, kata para peneliti. Benda juga bisa menghilang dari tempat kejadian dan lain-lain dapat muncul dari mana, mereka menambahkan. "Model komputer dimulai mengetahui apa-apa tentang dunia. Hal ini untuk mempelajari apa yang orang terlihat seperti, bagaimana benda bergerak dan apa yang mungkin terjadi," kata Vondrick. "Model ini tidak benar-benar belajar hal-hal ini belum. Memperluas kemampuannya untuk memahami konsep-konsep tingkat tinggi seperti objek secara dramatis akan meningkatkan generasi."

        Tantangan besar lain bergerak maju akan membuat gambar bergerak lebih lama, karena itu akan membutuhkan sistem untuk melacak lebih hubungan antara objek dalam adegan dan untuk waktu yang lama, menurut Vondrick. "Untuk mengatasi hal ini, mungkin baik untuk menambahkan input manusia untuk membantu sistem memahami unsur-unsur adegan yang akan sulit untuk itu untuk belajar sendiri," katanya.


========================================================================

Artikel 2:
Pendeteksi Keringat? Alat Pendeteksi Super Kecil Untuk Melacak Kesehatan

Sumber : http://www.livescience.com/57000-sweat-sensors-use-perspiration-to-track-health.html

        Bayangkan jika mengambil potret dari kesehatan Anda semudah melempar sebuah tempelan pada kulit Anda. Sebuah studi baru menemukan bahwa sensor  atau alat pendeteksi berbentuk perekat kecil dapat membaca apa yang terjadi di dalam tubuh Anda berdasarkan keringat Anda, dan menyampaikan informasi tentang kesejahteraan Anda tanpa menggunakan kabel ke gawai Anda. Jenis alat pendeteksi ini bisa bekerja sebagai alternatif untuk tes darah untuk menilai orang kesehatan, menurut para peneliti.
        Keringat adalah bahan kimia yang kaya penuh molekul (bagian terkecil dari sebuah zat) mulai dari ion (butiran bermuatan listrik) yang sederhana sampai protein yang lebih lengkap, yang dapat menjelaskan apa yang terjadi di dalam tubuh manusia. Dokter dapat menggunakan keringat untuk menentukan suatu penyakit tertentu yang dilihat dari gejalanya, mengungkap penggunaan narkoba dan mengungkapkan wawasan kinerja atletik. Keringat juga dapat dikumpulkan jauh lebih banyak dari darah, kata penulis senior studi John Rogers, seorang ilmuwan material dan direktur Northwestern University Center for Bio-Integrated Electronics di Evanston, Illinois.
        Dalam studi baru, para ilmuwan menanamkan alat pendeteksi kimia dan perangkat lain ke dalam sebuah benda yang lembut, kaset karet silikon (semacam karbon atau zat arang)yang lentur, tentang ukuran dan se ketebalan seperempat, yang dapat dengan mudah menempel pada kulit. Perangkat ini dirancang untuk mengumpulkan dan menganalisis keringat untuk penanda kunci, atau penanda kesehatan. Misalnya, alat pendeteksi dapat menunjukkan bagaimana orang menanggapi latihan, termasuk apakah seseorang perlu melakukan penyesuaian, seperti minum lebih banyak air.
        "Kami telah mengembangkan berbagai perangkat kulit-tunggangan tipis, lembut dan lentur sebagai panggung untuk generasi berikutnya agar teknologi dpt dipakai untuk beberapa tahun sekarang," Rogers mengatakan kepada jurnalis Live Science. "Sekarang, kami telah mengembangkan alat tersebut untuk menangkap dan menganalisa keringat."
        Tempat untuk melakukan percobaan yang dpt dipakai ini berisi "mikrofluida"atau cairan yang sangat kecil, dirancang untuk cairan dengan di dalam diri mereka dalam banyak cara yang sama bahwa mikroelektronika (teknologi untuk membuat rangkaian dan alat listrik dl ukuran dan paket yg sangat kecil) lakukan dengan elektron (satuan muatan listrik negatif). Secara khusus, sensor atau alat pendeteksi mengarahkan keringat bawah sejumlah saluran mikroskopis (satuan muatan listrik negatif) yang sekitar 0,02 inci (0,5 milimeter) lebar ke bagian yang terpisah sekitar 0,16 inci (4 mm) dengan diameter. Masing-masing ruang ini mengukur bagian tertentu, seperti tingkat pH, laktat, klorida dan glukosa.
        "Kami memilih empat biomarker (semua zat, struktur, atau proses yang bisa diukur dalam tubuh atau produk-produk serta pengaruhnya atau memprediksikan kejadian dampak atau penyakit) ini karena mereka memberikan profil karakteristik yang sesuai untuk penentuan status kesehatan," kata Rogers dalam sebuah pernyataan. "Perangkat ini juga dapat menentukan tingkat keringat dan kehilangan, dan dapat menyimpan sampel atau contoh untuk analisis laboratorium (tempat untuk melakukan percobaan) berikutnya, jika perlu."
        Reaksi kimia dalam bagian terpisah alat pendeteksi mengakibatkan perubahan terlihat dalam warna yang mengungkapkan apa tingkat biomarker tertentu yang hadir dalam keringat. Ketika gawai dibawa dekat alat pendeteksi, dekat-bidang teknologi komunikasi dalam gawai- jenis yang sama yang digunakan dalam sistem pembayaran yang bisa dilakukan dimana saja seperti Google Wallet dan Apple Bayar - menggunakan gelombang radio jarak pendek untuk kekuasaan dan berbicara dengan elektronik dalam alat pendeteksi. Kemudian, elektronik di sensor menyebabkan aplikasi gawai untuk mengambil foto dari alat pendeteksi, dan program komputer kemudian dapat menganalisis gambar ini untuk menghitung tingkat biomarker, kata para peneliti.
        "Panggung analisis keringat kami mengembangkan akan memungkinkan orang untuk memantau kesehatan mereka di tempat tanpa perlu untuk pengambilan sampel darah dan dengan elektronik yang utuh yang tidak memerlukan baterai tapi masih memungkinkan hubungan tanpa kabel ke gawai," rekan penulis studi Yonggang Huang , seorang profesor teknik di Northwestern University, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
        Metode yang lazim dalam menganalisis keringat capture keringat dengan tambalan  penyerap ditempelkan ke kulit dan menganalisa nanti. Sebaliknya, alat pendeteksi baru dapat menganalisis keringat secara waktu yang sesuai kenyataan, kata Rogers. Alat pendeteksi keringat yang ilmuwan lain telah mengembangkan dapat dipakai pada kulit. Tapi alat pendeteksi lain masih mengandalkan tambalan penyerap sebagai lawan saluran mikofluida (cairan yang zatnya berukuran sangat kecil), sehingga mereka tidak menganalisis tingkat di mana orang keringat, kata Rogers. Selain itu, tidak seperti sensor keringat sebelumnya, perangkat baru tidak memerlukan baterai, tambahnya.
        Dalam percobaan, Rogers, Huang dan rekan-rekan mereka ditempatkan alat pendeteksi mereka pada lengan dan punggung 21 sukarelawan sehat untuk menganalisis keringat mereka. Sembilan dari peserta bersepeda di dalam ruangan di sebuah pusat kebugaran di bawah kondisi yang terkendali, sementara 12 lainnya mengambil bagian dalam El Tour de Tucson, balap sepeda jarak jauh dalam kondisi di luar ruangan yang gersang dan kompleks.
        Data dari alat pendeteksi yang para pesepeda dalam ruangan mengenakan andal cocok mereka dari metode konvensional menganalisis keringat mereka, menurut para ilmuwan. Alat pendeteksipada pengendara sepeda luar juga dilakukan seperti yang diharapkan, dan tinggal di meskipun kondisi rumit dan tak terduga dari padang pasir. Selain itu, perangkat tinggal pada semua relawan tanpa menyebabkan ketidaknyamanan atau gangguan, kata para peneliti.
        Tujuannya adalah untuk alat pendeteksi"untuk datang dalam waktu kurang dari $ 1,50 per perangkat," kata Rogers. "Pada titik harga, kami pikir mereka cukup dapat menemukan program komputer untuk satu kali penggunaan."
        Dalam hal program komputer yang dijual, para ilmuwan mengatakan mereka "bisa melihat perangkat ini digunakan dalam kebugaran, kesehatan dan olahraga - misalnya, untuk atlet untuk melacak tingkat keringat dan kehilangan cairan tubuh," kata Rogers. "Kami juga bekerja sama dengan sebuah perusahaan perangkat kesehatan besar untuk menggunakan ini untuk yang tidak menyerbu, melacak gula darah dalam keringat dalam konteks penyakit gula darah atau diabetes," tambahnya. "Kami juga bekerja sama dengan Angkatan Udara AS untuk melacak negara kesehatan aktif-tugas penerbang."
        Para peneliti menambahkan bahwa teknologi mereka berpotensi meluas ke cairan tubuh lainnya, seperti air mata dan air liur. Para ilmuwan rinci temuan mereka secara online 23 November dalam jurnal Science Translational Medicine.



========================================================================

Artikel 3:
Pemilik Facebook Mark Zuckerberg Membuat Proyek untuk Mengurangi Berita Palsu

        CEO (pimpinan) Facebook Mark Zuckerberg di kiriman komentar ke akun-nya semalam bahwa akhirnya membahas masalah berita palsu di situs media sosial nya. "Biasanya kami tidak akan berbagi spesifik tentang pekerjaan kami dalam proses, tetapi mengingat pentingnya masalah ini dan jumlah bunga di topik ini, saya ingin menguraikan beberapa proyek yang sudah kita miliki berlangsung," tulisnya.

        Pentingnya dan minat dalam topik muncul tak lama setelah pemilu ketika wartawan seperti New York Magazine Max Baca mulai menyalahkan situs media sosial seperti Facebook, Twitter dan Reddit untuk menang tak terduga Donald Trump. "Cara yang paling jelas di mana Facebook memungkinkan kemenangan Trump telah ketidakmampuannya (atau penolakan) untuk mengatasi masalah hoax atau berita palsu," Baca tulis.

        "Berita palsu bukan masalah unik untuk Facebook, tapi penonton yang sangat besar Facebook, dan cara kerja penyaluran yang bergantung situs - yaitu, aktivitas bermuatan emosional berbagi, dan acara-me-lebih-seperti-ini umpan balik dari algoritma (perhitungan matematika tertentu) berita - membuatnya satu-satunya tempat di internet untuk mendukung pasar-benar menguntungkan di mana penerbit teduh sebagai perantara lalu lintas dengan menarik orang dari Facebook dan ke situs iklan-dihiasi, menggunakan cerita yang bergantian terdiri, salah, dibesar-besarkan di luar semua hubungan dengan kebenaran, atau ketiganya, "Baca tulis.

        Hanya dalam tahun lalu, hampir 140 situs berita palsubaru muncul, dilaporkan Buzzfeed, termasuk WorldPoliticus.com, TrumpVision365.com, USConservativeToday.com, DonaldTrumpNews.co dan USADailyPolitics.com - semua, anehnya, berasal dari sebuah kota Macedonia dari Veles . Mereka bukan satu-satunya situs dari jenis mereka.

        Pada 12 November Zuckerberg mengakui keberadaan situs berita palsu ini dan lainnya di Facebook, tapi meremehkan pengaruh mereka, mengatakan "... lebih dari 99% dari apa yang orang lihat di Facebook adalah asli."

        Tapi apa yang orang lihat mungkin tidak mempengaruhi mereka sebanyak yang mereka berbagi. Dan di situlah letak masalah pemalsuan. Hal suka pergi virus, lebih dari berita nyata.

        Analisis dari editor BuzzFeed berdirinya, Craig Silverman, mengungkapkan bahwa "... 20 tampilan terbaik adalah cerita pemilu palsu dari situs tipuan dan blog pendukung yang menghasilkan  8.711.000 berbagi, reaksi dan komentar di Facebook." Dalam periode waktu yang sama kisah nyata dari 19 sumber berita yang baru saja terjadi menghasilkan 7.367.000 berbagi, reaksi dan komentar.

        Puluhan situs lain terus menulis tentang masalah baru palsu, memilih pergi di luka pasca pemilu ini. Bahkan Presiden Obama meminta perhatian untuk itu Kamis lalu saat mengunjungi Kanselir Jerman Angela Merkel di Berlin. Dia mengatakan, "Karena di usia di mana ada begitu banyak informasi yang salah aktif, dan itu dikemas dengan sangat baik, dan terlihat sama ketika Anda melihatnya di halaman Facebook atau Anda menyalakan televisi Anda, di mana beberapa kecemburunan tingkat tinggi pada bagian dari US resmi disamakan dengan tekanan terus-menerus dan parah di tempat lain, jika segala sesuatu tampaknya sama dan tidak ada perbedaan yang dibuat, maka kita tidak akan tahu apa untuk melindungi. kita tidak akan tahu apa yang harus diperjuangkan. dan kita bisa kehilangan begitu banyak apa yang telah kita peroleh dalam hal jenis kebebasan demokratis (gagasan atau pandangan hidup yg mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yg sama bagi semua warga negara) dan ekonomi berbasis pasar dan kemakmuran yang kami datang untuk mengambil untuk diberikan. "

        Akhirnya tadi malam di 9:30 pm, setelah Zuckerberg mendarat di Lima untuk KTT APEC, dia membukukan respon yang tampaknya mengambil nada yang berbeda. "Kami telah bekerja pada masalah ini dalam waktu yang lama dan mengambil tanggung jawab ini dengan serius," tulis Zuckerberg.

        Dia menguraikan setidaknya tujuh bidang perusahaan ini bekerja di dalam rangka untuk mengurangi berita palsu. Mereka:
  • Deteksi kuat
  • Membuat lebih mudah bagi orang untuk melaporkan bahwa cerita adalah palsu
  • Verifikasi pihak ketiga
  • Lesu cerita sebagai palsu
  • Meningkatkan bar untuk cerita yang muncul di News Feed
  • Mengganggu ekonomi berita palsu dengan kebijakan iklan yang lebih baik (satu mengumumkan pada awal minggu)
  • Mendapatkan wartawan form input

        Dia menyimpulkan dengan, "Beberapa dari ide-ide ini akan bekerja dengan baik, dan sebagian lagi tidak. Tapi aku ingin kau tahu bahwa kami selalu mengambil ini dengan serius, kita memahami betapa pentingnya masalah ini bagi masyarakat kami dan kami berkomitmen untuk mendapatkan hak ini . "
        Sementara itu, jangan tertipu oleh berita palsu. Selalu periksa Snopes.com mengkonfirmasi bahwa cerita itu benar. Dan untuk tips tentang bercak berita palsu di feed Anda, lihat ini Doc Google publik dari Melissa Zimdars, seorang profesor komunikasi dan media di Merrimack Tinggi di North Andover, Mass.
        Jika kedengarannya terlalu keterlaluan untuk menjadi kenyataan, itu mungkin tidak.

Selasa, 01 November 2016

Puisi : Pemilik Pena yang Mati

Puisi : Pohon

Puisi : Halo Media

Puisi : Punggung Keluarga Punggung Negara


Siaga, bidik, dan tembak
Isi, kokang, dan lagi
Mata awas, telinga memindai
Larut malam maupun fajar menguning

Lelah, tapi tak mungkin menyerah
Sakit, tapi tak mungkin mengungkit
Ingin pulang, tapi sumpah telah terbentang
Ingin menangis, tapi musuh begitu sadis

Kami disini menanti
Kami berkirim doa
Kami berkirim tangisan
Untuk ayahku, ayahmu, dan ayah mereka

Mereka, dirimu, diriku
Begitu mencintai mereka, ayah kami semua
Punggung Keluarag, dan punggung negara
Yang mungkin kembal tinggal sebuah nama

Puisi : 30 dalam 21

30 dalam 21

Aku bertanya kepada cermin, jendela, dan langit biru
Ingatkah peristiwa lebih dari 5.040.000 senja yang lalu?
Di tengah padang pasir yang gelap, dia membawa pesan itu
30 dalam 21

Aku, kamu, orientalis, dan ateis tahu dia buta aksara
Tapi, bagaimana dia tahu tentang rahasia semesta?
Kau ingat tahun 1929, ketika manusia melihat cahaya merah?
Ya, manusia baru saja menemukan ledakan semesta!
Awal penciptaan alam raya, bung!

Itulah yang membuat diriku bertanya,
Mungkinkah itu bisikan dari-Nya?
Dan kini, itu membuat diriku tak berani bertanya kembali,
Bahwa tidak mungkin Tuhan tidak ada disini

Puisi : Suara-Suara



Suara sendu memanggil
Ku tak bernyawa di tepi samudera
Biru dan menggelora menghempas apapun ditepinya

Hanya bisa terdiam
Mata terpejam dan darah bercucuran
Tubuh kaku berselimut debu

Berada di tepi liang yang berbeda
Terbungkus kain putih lembut
Teriringi tangisan dan ratapan
Terisis rasa pilu perpisahan

Akhirnya tiba waktunya
Tertutup pintu waktu dan ruang dunia
Kembali ke asalnya
Menjadi tanah di liang yang berbeda

Sejenak teringat masa yang ada
Terlewat begitu saja
Terlupa setiap janji yang tercipta

Tapi kembali isak tangis takkan berguna
Samudera telah berlalu
Biru telah mengharu
Ombak badai juga telah berlalu
Semua tertinggal di belakang

Kini ku menunggu di liang yang berbeda

Tugas : Dua Kali Sehari

Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Jurnalistik Online 2016
Vinni Putra Dani
071411531033

[ Tugas features ini dibuat berdasarkan rumusan masalah UTS Jurnalistik Online 2016 : meliput 2 kasus kriminal, 750 kata * 2, menyertakan foto dan video. Karena tanpa ada keterangan harus membuat dua buah features terpisah dan dua topik kasus kriminal yang berbeda, sehingga satu features yang totalnya sebanyak 1596 kata ini diasumsikan memenuhi rumusan masalah.]

==========================================================




DUA KALI SEHARI

Siapa yang tidak mengenal Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Sosok manusia “kharismatik” yang baru-baru ini menjadi sorotan oleh publik dan media massa dalam kasus pembunuhan, penipuan, serta “kesaktiannya” dalam menggandakan uang. Namun sayang, dirinya tidak memiliki kesaktian untuk meloloskan dirinya dari tangkapan petugas gabungan Polres Probolinggo dan Polda Jatim di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Kamis, 22 September 2016.
Namun kali ini, bukan Dimas Kanjeng yang menjadi sorotan. Andi Faisal, seorang pria berusia 35 tahun inilah yang baru-baru ini cukup diburu kabar beritanya karena keterkaitannya dengan Dimas Kanjeng. Siapa dirinya dan apa yang dilakukannya akan menjadi sebuah berita yang cukup menarik untuk diulas. Sebuah berita yang diibaratkan menjadi sebuah camilan sambil menunggu drama kasus Dimas Kanjeng usai dan kelak akan hilang dari memori publik. Namun sebelum membahas itu, sejenak akan dibahas tentang si Alvin dan Redyanto,duo sopir dan kernet yang terlibat dalam topik kasus yang sama dengan Andi Faisal. Orang ini-ini seolah menjadi bintang tamu di Polrestabes Surabaya di hari Senin 31 Oktober 2016.
Alvin dan Redyanto kemana-kemana hampir selalu bersama karena kedunya merupakan rekan dalam bekerja dalam bidang jasa transportasi. Namun nahas pula bagi keduanya, karena akibat perbuatannya, mereka harus bersama-sama pula dijebloskan ke penjara.
Kisah bermula dari laporan masyarakat terkait adanya transaksi narkoba di salah satu rumah di Tambak Asri, Surabaya. Polisi mendapat laporan bahwa ada beberapa pria yang tidak dikenal warga yang sering keluar masuk rumah tersebut. Warga menduga terjadi sesuatu yang mencurigakan di rumah tersebut, dan usut demi usut, ternyata salah satu warga lainnya mengatakan bahwa di rumah tersebut ada seorang pria yang bekerja sebagai sopir sekaligus sebagai kurir pengedar narkoba jenis sabu-sabu.
Menanggapi laporan tersebut, polisi tidak langsung melakukan penggerebekan, namun sesuai prosedur yang berlaku, harus dilakukan penyelidikan terlebih dahulu terkait kebenaran laporan tersebut. Cara menyelidikinya, polisi menyamar sebagai pembeli. Ternyata dari hasil penyelidikan tersebut, Alvin, 21, ternyata memang benar merupakan pengedar sabu-sabu. Ketika didatangi oleh polisi yang menyamar tersebut, Alvin sama sekali tidak menyadari bahwa ia sedang diselidiki. Bahkan dengan santainya Alvin mengajak polisi tersebut untuk duduk di ruang tamunya, dan di atas meja, hingga ia meletakan beberapa poket sabu-sabu untuk ditunjukan dan ditawaekan kepada calon pembelinya tersebut.
Setelah proses penyeledikan tersebut, tanpa butuh waktu lama, pukul 06.00 WIB di hari Jum’at tanggal 14 Oktober 2016, polisi langsung sigap meringkus Alvin di rumahnya. Dalam penangkapan tersebut, polisi mendapatkan pengakuan dari Alvin darimana sabu-sabu yang didapatkannya serta kemana saja jalur peredaran barang haram tersebut. Dari mulut Alvin, keluar nama Redyanto, 22, serta orang lain yang berinisial K, sebagai bandar yang menjadi tempat langganan Alvin.
Seolah menjadi reflek, polisi kembali sigap tanpa butuh waktu lama, jam 09.00 WIB di hari yang sama langsung meluncur ke jalan Kalianak, Surabaya, untuk meringkus Redyanto. Kebetulan sekali ketika polisi datang, ia berada di rumahnya. “Pembeli ini (Redyanto, Red) kami tangkap pas mengonsumsi sabu-sabu. Pas teler,” terang Wakasetreskoba Polrestabes Surabaya, Komisaris Polisi Anton Prasetyo.
Tentu saja polisi tidak melupakan bandar lain, yakni bandar berinisial K. Dengan sigap polisi langsung meluncur ke rumahnya di daerah Sidotopo. Namun kali ini polisi pulang dengan tangan hampa. Si bandar sudah melarikan diri.
Dalam gelar perkara di Polrestabes Surabaya hari ini, Senin tanggal 31 Oktober 2016, pukul 13.00, disusun rapi diatas mejad barang-barang bukti dari tersangka. Dari tangan Redyanto, polisi mendapatkan barang bukti berupa dua poket sabu-sabu seberat  0,43 gram,  satu buah pipet yang masih terdapat sisa sabu seberat 1,3 gram, seperangkat alat hisap, dan satu buah HP sebagai barang bukti. Sedangkan dari tangan Alvin, polisi mendapatkan sembilan poket sabu seberat 8 gram, tiga buah pipet kaca, satu buah timbangan elektrik, satu buah kotak obat, satu buah kompor kecil, dan saatu buah HP.
 Alvin mengaku bahwa ia baru saja enam bulan mengedarkan narkoba. Awalnya dia dan Redyanto hanya iseng ingin mengetahui bagaimana rasanya mengisap sabu-sabu. Ternyata mereka akhirnya ketagihan, dan selain dikonsumsi sendiri, mereka ikut mengedarkan sabu-sabu.
Keduanya  hari ini didampingi oleh bagian Humas Polrestabes Surabaya menghadap beberapa orang wartawan dari berbagai media. Keduanya mengenakan baju tahanan berwarna jingga dengan sedikit sentuhan biru pada kerah dan lengan, dan kedua wajah mereka ditutupi oleh topeng kain. Meskipun mengenakan topeng, ketika menghadap kamera wartawan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang yang mengerumuninya, keduanya selalu menunduk dan berujar dengan suara yang sangat lirih, seolah topeng yang mereka kenakan tidak ada artinya karena menyesal dan malu bukan kepalang yang mereka rasakan karena harus meringkuk dipenjara akibat perbuatan mereka sendiri.
Tak lama berselang, sekitar pukul 13.00, ternyata ada “bintang tamu” lagi di Polrestabes  Surabaya yang dirilis. Dialah Andi Faisal yang ditunggu-tunggu kabarnya karena keterkaitan dirinya dengan Dimas Kanjeng.
"Awalnya, ada informasi yang diterima anggota bahwa di Hotel Ibis di Jalan Basuki Rahmat Surabaya ada pesta narkoba pada hari Rabu 26 Oktober lalu," kata Kompol Anton yang menjadi juru bicara perilisan dua kasus hari ini yang kebetulan keduanya adalah kasus narkoba.
Namun ternyata, setelah petugas melakukan penyelidikan ternyata tersangka sudah tidak di lokasi, dan berpindah ke Hotel Santika di Jalan Pandegiling, Surabaya. Tentu saja seperti biasa, polisi dengan sigap meluncur ke lokasi tersebut. Polisi melakukan cara penyelidikan yang berbeda dari ketika menyelidiki kasus Alvin dan Redyanto yang menggunakan cara menyamar. Kali ini polisi menyelidiki tersangka dengan cara membuntuti mereka. Polisi menyewa kamar di hotel yang sama,  bahkan sampai haru menginap untuk menyelidiki. Setelah dipastikan targetnya, polisi mengintai kamar 316 yang ditempati tersangka. "Saat tersangka keluar kamar, kami melakukan penangkapan," kata Anton.
Setelahnya, polisi langsung menggeledah kamar tersangka. Dari kamar itu, polisi menemukan sebuah pipet kaca yang masih terdapat sisa sabu seberat 1,18 gram, tujuh ponsel, dan seperangkap alat hisap (bong). Andi Faisal dan rekannya yang berinisial AA, serta barang bukti langsung dibawa ke kantor polisi.
Anton menambahkan, sabu yang dikonsumsi kedua tersangka adalah milik Andi. Pria 35 tahun itu memang warga jalan Cemera, Pasuruan. Dia bekerja sebagai pengacara, dan beberapa hari ini dia sedang mendampingi kliennya untuk menjalani pemeriksaan di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur. Dapat kita hubungkan siapa sebenarnya Andi ini. Dia adalah pengacara dari Dimas Kanjeng. "Waktu itu dia baru saja mengantarkan istri Dimas Kanjeng, karena dia juga merupakan kuasa hukum yang bersangkutan," tutur Kompol Anton.
Anton mengatakan, pengacara Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini hanyalah pengguna bukan pengedar. Menurut dia, dari keterangan yang bersangkutan, barang tersebut didapat dari Pasuruan. Namun polisi masih mengembangkan keterangan itu. "Sementara berdasarkan barang bukti dan pengakuan tersangka, yang ditemukan hanya sabu," ujarnya.
Selain mengamankan Andi dan rekannya, polisi juga mengamankan sopir yang bersangkutan bernama A. Meskipun ketika dirinya dites urin hasilnya positif, ia tidak ikut pesta narkoba bersama Andi dan AA, akhirnya ia ditangkap di tempat lain. Karena itu, menurut Kompol Anton, si sopir tersebut hanya direhabilitasi.
Akibat perbuatannya Andi Faisal kalin ini tidak bisa lagi mendampingi Dimas Kanjeng selama diperiksa di Mapolda Jatim karena harus mendekam di tahanan Mapolrestabes Surabaya. Dia dijerat pasal 112 dan 132 UU nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. AF terbukti memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika golongan I. "Apakah tersangka hanya direhabilitasi atau dipidana, itu terserah pengadilan, yang penting kami sudah proses perkara hukumnya," tutur Anton.
Seharusnya Andi mempersiapkan materi untuk memperjuangkan hak-hak Dimas Kanjeng, tapi malah meluangkan waktunya untuk berpesta narkoba. Tidak terbayangkan bagaimana nasib Dimas Kanjeng ketika proses pengadilan, pengacara yang mendampinginya ternyata sedang teler akibat pengaruh sabu-sabut. Bisa jadi pernyataan-peryataannya justru semakin menyudutkan Dimas Kanjeng. Darisitu tentu saja akan ada potensi Andi Faisal seolah “mewarisi” keahlian Dimas Kanjeng, yakni menggandakan hukumannya.
Ketika penulis meliput  dua berita kasus kriminal, spesifik kasus narkoba ini, penulis sempat berbincang walau hanya sekitar 5 menit dengan salah seorang wartawan koran yang tidak mau disebutkan namanya, sehingga sebuat saja mas Gondrong. Ia mengatakan cukup muak dengan kasus narkoba yang seolah tidak ada henti-hentinya. Dalam satu minggu ini saja, ia mengatakan ada 15 kasus narkoba yang ia liput. Baginya yang merupakan wartawan profesional, hal tersebut sangat membosankan, sekaligus juga sangat menjijikan, khususnya ketika melihat betapa naifnya masyarakat dalam melihat masalah narkoba. Sudah begitu seringnya kasus narkoba muncul di media, korbannya juga tidak sedikit, dampak terhadap masa depan dan kesehatan juga luar biasa, tapi masih saja banyak yang terjerumus didalamnya, seolah dorongan coba-coba yang irasional menjadi hal yang keren dan berwibawa.
Mas Gondrong sempat menyeletuk, semoga saja, kemampuan Dimas Kanjeng untuk menggandakan sesuatu tidak benar-benar ada. Jikalau ada, tentu akan sangat berbahaya, tidak menutup kemungkinan narkoba juga akan digandakan, sehingga masalah darurat narkoba yang sempat didengungkan pemerintahan Jokowi semakin melipat ganda pula. Meskipun itu sebuah kekhawatiran yang  cukup absurd, tapi tentu saja jikalau bahaya narkoba tidak segera teratasi, tentu akan sangat mengancam generasi bangsa ini kedapannya. Sangat miris jika membayangkan bangsa ini dimasa depan penuh dengan orang-orang yang irasional, teler, pecandu narkoba, atau paling minimal tidak mengonsumsi narkoba tapi meraih keuntungan besar dengan menjadi pengedarnya. Apalagi jikalau mereka menjadi penguasa bangsa. Entah menjadi apa bangsa ini.

Salah satu staff Humas Polrestabes Surabaya juga mengatakan masih banyak bandar-bandar narkoba di luar sana, dan masih banyak generasi-generasi mudah yang tidak memahami akan bahaya narkoba sehingga sering membuat mereka tanpa sadar terjerumus kedalam lubang hitam narkoba, sehingga tidak mungkin hanya pihak kepolisian yang bekerja, namun seluruh masyarakat harus turut terlibat dalam pemberantasan narkoba di Indonesia. Mulai dari melaporkan orang-orang yang terkait penyalahgunaan narkoba, jaringan peredaran narkoba, dan sebagainya. Atau mungkin, jika mengambil inspirasi dari mas Gondrong, bisa mencuri kemampuan Dimas Kanjeng untuk menggandakan agen-agen pemberantasan narkoba di Indonesia.

[https://youtu.be/x_NZcNOnJcs]