Selasa, 01 November 2016

Puisi : Punggung Keluarga Punggung Negara


Siaga, bidik, dan tembak
Isi, kokang, dan lagi
Mata awas, telinga memindai
Larut malam maupun fajar menguning

Lelah, tapi tak mungkin menyerah
Sakit, tapi tak mungkin mengungkit
Ingin pulang, tapi sumpah telah terbentang
Ingin menangis, tapi musuh begitu sadis

Kami disini menanti
Kami berkirim doa
Kami berkirim tangisan
Untuk ayahku, ayahmu, dan ayah mereka

Mereka, dirimu, diriku
Begitu mencintai mereka, ayah kami semua
Punggung Keluarag, dan punggung negara
Yang mungkin kembal tinggal sebuah nama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar